MatanHadis. اطْلُبُوا العِلمَ مِنَ المَهدِ إِلى اللّحْدِ. Maksudnya : “Carilah (tuntutlah) ilmu daripada buaian hingga ke liang lahad”. Keterangan : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah Artidari peribahasa Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat yaitu Hendaknya tidak berhenti menuntut ilmu hingga meninggal dunia.Peribahasa Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat ialah peribahasa berbahasa Indonesia yang dimulai dengan karakter T. Peribahasa Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat sanggup anda gunakan dalam mencari ilmu adalah diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.” ”Carilah ilmu walupun ke negri cina.” ”Didiklah anak-anak kalian, karena sesungguhnya mereka itu dijadikan untuk menghadapi masa alah“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”. Hal ini sejalan dengan apa yang dinukilkan dalam Kitab Nashaihul Ibad karya Syeikh Nawawi Al Bantani (1813-1897). Baca Juga: Renungan Pagi, Tidak Miliki Amal Saleh, Seperti Menyebrangi Lautan Tanpa Perahu. Dari Ali RA Wa KarramaLlaahu Wajhah: ”Barang siapa yang mencari ilmu maka CarilahIlmu Sampai Ke Liang Lahat Dan Jangan Kau Coba2 Mncari Duit Dengan Cara Mnjual Ayat Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim) Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris A.s langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah Swt semasa hidupnya. Nabi Idris A.s tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang Carilahilmu dikala kamu di lahirkan sampai ke liang lahat (dikuburkan) Maka carilah ilmu sebanyak - banyak'a walaupun sampai ke negri cina ,manfaatkanlah ilmu mu dengan sebaik - baiknya. ilmu duniawi mu dan ilmu akhiratmu carilah ilmu kedua itu apabila kamu ingin bahagia dunia akhirat .janganlah kamu hanya mencari ilmu dunia saja maka kamu DnWxc. Dalam perspektif Islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Menurut al-Ghazali menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah tanpa membedakan jenis kelamin dasarnya terdapat di dalam al-Qur’an maupun di dalam pertama yang diturunkan Allah swt dalam menuntut ilmu sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Alaq ayat 1-5, yang artiya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu”.Rasulullah dalam salah satu haditsnya,"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan menuju surga”. HR MuslimSelanjutnya kewajiban menuntut ilmu kita mengenal prinsip bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas dimensi ruang adalah Sabda Nabi Muhammad Saw"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina” Ibnu BarriDan prinsip bahwa belajar itu tidak mengenal batas dimensi waktu atau seumur hidup"Carilah ilmu dari buaian ibu lahir sampai ke liang lahat" wafat AhmadAkan tetapi bagaimana kita mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri, dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan adalah adab atau etika yang mewujud menjadi karakter dalam menuntut adab mencari ilmu itu penting untuk diketahui dan diamalkan tiap siswa maupun orang yang akan belajar kepada guru, alasannya adalah karena adab lebih utama sebelum mempelajari sesuatu. Tentunya bertolak belakang ketika fenomena saat ini adalah para peserta didik yang kurang memilki etika atau moral dalam menuntut dari beberapa literatur, berikut etika dalam yang harus dilakukan ketika belajar yaitu agar siswa senantiasa ikhlas, memiliki niat dan tekad untuk belajar, diawali dengan doa, memiliki ketekunan, belajar sungguh-sungguh, bersemangat, banyak beribadah, memelihara sopan santun, memiliki kesabarana, tidak cepat menyerah atau putus asa, memiliki isfat lapang dada, memiliki sifat tawadhu, nasehat menasehati sesama penuntut ilmu dan mau mengamalkan ilmunya..Ilustrasi Etika Menuntut Ilmu Sumber Unsplash comSetiap penuntut ilmu merindukan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik, walaupun tidak selalu diikuti oleh kesediaan dalam menempuh jalan kesuksesan. Sebagaimana setiap penuntut ilmu tidak menginginkan dirinya menjadi atau tergolong sebagai penuntut ilmu yang ilmu yang didapat tidak hanya memberikan kebaikan di dunia, namun juga mengalir sampai ke akhirat.“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”** Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666. Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat Itulah kata-kata yang saya ingat dari guru saya ,kita harus menuntut ilmu dari kita masih kecil dan sampai kapanpun ,Menuntut ilmu itu TIADA BATAS-BATASNYA .Kawan,Ilmu adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Butuh ilmu untuk menjalani hidup. Entah itu ilmu Agama atau ilmu pengetahuan ketahuilah bahwa menuntut ilmu itu ibadah, bahkan merupakan ibadah yang paling agung dan utama Kewajiban mencari ilmu itu tidak memandang batasan usia, melainkan seumur hidup Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. karena itu kita dituntut untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat,. Carilah ilmu untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Sekecil apapun ilmu yang kita dapatkan itu sangatlah berharga. Ilmu tidak harus didapatkan disekolah atau tempat kursus, tapi bisa kita dapatkan dari pergaulan yang baik, tempat bekerja, lingkungan sekitar, maupun dari lingkungan keluarga sendiri. selain itu kita harus mempunyai metoe belajar yang efektif Lantas, bagaimana metode belajar yang baik dan efektif? Berikut ini beberapa kiat yang dapat kita lakukan a. Membiasakan belajar rutin, ada atau tidaknya ujian b. Membentuk kelompok belajar. Carilah teman yang memang serius belajar dan mau berbagi ilmu. Melalui kelompok ini, diharapkan pemahaman dan wawasan kita tentang sesuatu topik semakin matang dan mendalam. c. Tidak tergoda untuk mencontek. Demikianlah beberapa tips agar kita lebih mementingkan proses belajar dibanding hasilnya. Semoga kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita. Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena ilmu itu harus dicari di mana saja, sekalipun sangat jauh tempatnya dan banyak rintangannya ,cara menuntut ilmu yang baik menurut saya adalah , kita harus menyukai guru tersebut dan tidak membenci guru tersebut , kalau kita menuntut ilmu dengan tidak menyukai guru tersebut Pasti Ilmu yang ia berikan tersebut tidak akan bisa dicerna oleh otak. Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui segala hal, Menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik melalui bimbingan orang lain guru maupun secara mandiri atau otodidak. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan orang lain guru. Tetapi harus diingat, tidak semua ilmu itu dapat dipelajari secara sendiri. Hal itu di samping karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki individu itu sendiri sehingga butuh bantuan orang lain yang lebih ahli, Kewajiban menuntut ilmu bagi orang itu berlaku sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah long life education , Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu berlaku sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah long life education , menuntut ilmu sejak masih dalam ayunan / buaian ibu sampai ke liang lahat meninggal. Sehingga hanya kematianlah yang mampu menghentikan kewajiban seorang dalam menuntut ilmu. Dengan demikian, dalam menuntut ilmu tidak ada istilah “sudah tua”. Boleh saja pendidikan formal lewat bangku sekolah atau kuliah telah selesai, tetapi kegiatan belajar kepada siapapun dan dimanapun harus tetap dilaksanakan hingga akhir hayat, baik di keluarga dan sebagainya ,tapi dari dari semua ini kembali pada diri kita masing-masing , tidak semua orang bisa menuntut ilmu dengan mudah ,masih banyak orang yang tidak bisa menuntut ilmu sampai perguruan tinggi ,jadi mumpung kita masih bisa menuntut ilmu maka ambilah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya ,dengan belajar rajin dan tidak membuang waktu ,Dimanapun keberadaan ilmu, berusahalah untuk mencarinya, sekalipun sampai ke negeri Cina dan kita harus mempunyai niat yang kuat, ulet, mandiri, dan kerja keras ,Selain niat yang kuat, ulet, mandiri, dan kerja keras, hal lain yang tidak boleh dikesampingkan dalam menuntut ilmu adalah hormat kepada guru kita sendiri dan tentunya orang tua kita . “Tolabul ilmi minal mahdi ilal lahdi” artinya Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat. Sebagian ulama menilai hadis ini lemah. Namun janganlah cepat2 menilai demikian lihat dulu maknanya? Bila yang menuntut ilmu adalah seorang bayi yang baru lahir, apalagi ditambah bahwa untuk kewajiban berilmu adalah orang yang sudah berakal yaitu Akil balik. sudah pasti hadis ini tidak memenuhi harapan. Jadi dalam membaca hadis itu bukan ditunjukan pada bayi untuk menuntut ilmu, tetapi pada orang yang membacanya yaitu orang berakal. karena kewajiban menuntut ilmu adalah pada orang berakal. Orang berakal akan melihat hadis ini secara utuh dengan melihat lintasan kejadian / peristiwa penting yaitu pada masa buaian dan masa kematian. Hal tersebut dikaitkan dengan ilmu dahsyat yang didapat pada peristiwa Awalin yang dialami bayi, atau kejadian awal manusia dan peristiwa dashyat lainnya yaitu peristiwa ajal / kematian. Orang yang memiliki kesadaran awalin dan akhirin sudah pasti memiliki kesadaran mengenai masa kini. Dia akan tahu siapa yang menciptakannya, tahu fungsi dirinya, tahu tujuan hidupnya, mengetahui juga fungsi media yang didiaminya yaitu dunia. Kesadaran Awalin dan Akhirin akan diupayakan sebagai garis lurus sehingga akan selalu berpegang pada petunjukNya, dan orang yang demikian akan cepat mengetahui kalau ada perbuatan yang melenceng dari garis itu, dan berusaha cepat kembali. Orang yang demikian akan lepas dari kebingungan dan penasaran dalam menempuh perjalanan hidupnya. Imam Ibn Athaillah ”Salah satu tanda sukses di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah di awal perjalanan Al hikam Kembali lagi bahwa hadis ini, bisa dikatakan tidak shahih sanadnya, tetapi maknanya tidak diragukan kesahihannya. Allah Ta’ala telah berfirman “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.” QS. An Nahl 78. Jadi, manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian mereka terus menerus belajar sampai dia disemayamkan di kuburnya. Hal ini adalah prilaku orang-orang shalih dan ulama yang menghabiskan hidupnya dengan ilmu, baik mencari dan mengajarkannya, sejak mereka kanak-kanak hingga detik-detik menjelang ajalnya. Wallahu a’lam اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ Artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” Hadis ini tidak jarang kita dengar dalam ceramah atau kita jumpai ketika membaca buku-buku agama. Apakah hadis tersebut adalah hadis shohih sehingga dapat diyakini sebagai perkataan Rasulullah SAW? Ternyata, setelah dikaji TIDAK ADA satu kitab hadis pun yang mencantumkan hadis tersebut, baik kitab hadis induk yang disebut “al-kutub al-sittah”–yaitu 6 kitab yang menghimpun hadis-hadis Rasulullah yang terdiri dari Shohih Bukhari dan Muslim, Sunan Abi Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i–maupun “al-kutub at-tis’ah”–yaitu 9 kitab induk hadis yang terdiri dari al-kutub as-sittah ditambah al-Muwatho Imam Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad-Darimy. Bahkan, bukan hanya di kitab-kitab hadis induk. Ungkapan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas sama sekali tidak terdapat pula dalam puluhan kita-kitab hadis lain yang mencakup berbagai kitab al-jawami’, kitab-kitab sunan, musnad, al-majami’, al-muwatho’, kitab-kitab al-ilal was su’alat, sampai kitab-kitab muskyilat wa ghoroibul hadis dan takhrij al-ahadits. Hal ini disimpulkan setelah dilakukan pencarian “searching” dan penelitian takhrij dengan bantuan Program al-Maktabah asy-Syamilah al-Ishdar Hadis, atau tepatnya ungkapan di atas, hanya ditemukan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah 1/52 tanpa penyebutan sanad periwayatannya. Juga Kitab Abjad al-ilmi tulisan Muhammad Shiddiq Hasan Khan al-Qanuji yang juga tanpa menyebutkan sanadnya dan bahkan tanpa menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW, tapi hanya menyebut “qiila” maknanya = “katanya atau dikatakan” dalam bentuk shighat tamridh bentuk pasif dalam periwayatan hadis yang digunakan oleh ahli hadis untuk mengutip riwayat yang diragukan sumber dan validitasnya. Karena tidak adanya kitab hadis yang memuat hadis ini dengan sanad yang dapat diteliti, maka Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah menilainya La ashla lahu tidak ada sumbernya berupa sanad Arsip Multaqo Ahlil hadis-3, Al-Maktabah Asy-Syamilah. Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam ceramah berjudul “Asbab ats-Tsabat ala Tholibil Ilmi” menyatakan itu sebagai qaul sebagian ulama salaf. Demikian pula, Syaikh Abdurrahman al-Faqih juga menyebutkan bahwa kemungkinan teks tersebut adalah bagian dari nasehat ulama yang disebutkan untuk para penuntut ilmu dan BUKAN HADIS marfu’ yang bisa disandarkan kepada Nabi SAW. Arsip Multaqo Ahlil hadis-3 Al-Maktabah Asy-Syamilah. Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks di atas bukanlah hadis, kalau dinilai status hadisnya adalah hadis maudhu’ palsu dan tidak layak untuk diklaim sebagai hadis Nabi SAW. Oleh karena itu, kalau dianggap makna kata-kata tersebut baik untuk disampaikan kepada khalayak, dalam ceramah atau tulisan cukup kitakan sebagai kata-kata hikmah. Wallahu A’lam bish showwab. Penulis, guru, dosen STIQ Bima, dan da'i. Lihat semua pos dari M. Syukrillah Navigasi pos BERIKUT penjelasan tentang 2 status hadits tersebut1. Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad اطلبوا العلم من المهد الى اللحدSyaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah ulama hadits kontemporer, lahir tahun 1336 H dan wafat tahun 1417 H di kitab beliau Qimah az-Zaman inda al-Ulama hal 30 terbitan Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah, cetakan ke-10 menyatakanهذا الكلام طلب العلم من المهد الى اللحد ويحكى أيضا بصيغة اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ليس بحديث نبوي ، وإنما هو من كلام الناس ، فلا تجوز إضافته إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم كما يتناقله بعضهم ، إذ لا ينسب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا ما قاله أو فعله أو “Perkataan ini, yaitu menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’, dan disampaikan juga dengan ungkapan tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad’, bukanlah hadits Nabi. Ia hanyalah perkataan manusia biasa, dan tidak boleh menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Tidak ada yang boleh dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kecuali perkataan, perbuatan dan persetujuan beliau.”Diceritakan juga bahwa Syaikh Ibn Baz rahimahullah dalam sebuah kajian beliau pernah menyatakan status hadits ini, yaitu ليس له أصل, tidak ada asalnya. saya menemukan cerita ini di dan keduanya diakses pada tanggal 30 Januari 2012Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Markaz Fatwa situs Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah menyatakan bahwa ungkapan اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ini maknanya benar, namun yang tidak boleh adalah menisbahkannya kepada Nabi shallallahu alaihi wa Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمةHadits طلب العلم فريضة على كل مسلم, tanpa tambahan ومسلمة diriwayatkan melalui banyak jalur dan terdapat di banyak kitab, diantaranya dikeluarkan oleh Ibn Majah dalam Sunan-nya1/81, al-Bazzar dalam Musnad-nya1/164 13/240 14/45, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir 1/36 1/58, juga dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin, dikeluarkan juga oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhal ila as-Sunan al-Kubra hadits no. 325, 326 dan 329.Ulama berbeda pendapat tentang status hadits ini. Abu Abdirrahman al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih at-Targhib wa at-Tarhib 1/17 dan Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah 1/296 menyatakan hadits ini shahih. Dalam kitab Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah 1/296, al-Albani mengutip hadits dari Ibn Majahحدثنا هشام بن عمار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محمد ابن سيرين عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ beliau berkomentar “shahih, tanpa tambahan وواضع العلم dan seterusnya, tambahan tersebut statusnya dha’if jiddan.”Imam Muhammad ibn Abdirrahman as-Sakhawi rahimahullah dalam kitab beliau al-Maqasid al-Hasanah 1/121 menyatakanحديث اطلبوا العلم ولو بالصين، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم، البيهقي في الشعب، والخطيب في الرحلة وغيرها، وابن عبد البر في جامع العلم، والديلمي، كلهم من حديث أبي عاتكة طريف بن سلمان، وابن عبد البر وحده من حديث عبيد بن محمد عن ابن عيينة عن الزهري كلاهما عن أنس مرفوعا به، وهو ضعيف من الوجهين، بل قال ابن حبان إنه باطل لا أصل له، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات، وستأتي الجملة الثانية في الطاء معزوة لابن ماجه وغيره مع بيان “Hadits tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’ disebutkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, al-Khathib dalam ar-Rihlah dan selainnya, Ibn Abdil Barr di Jami al-Ilm, dan ad-Dailami. Seluruhnya meriwayatkan dari Abi Atikah Tharib ibn Salman, dan Ibn Abdil Barr sendiri meriwayatkan dari Ubaid ibn Muhammad dari Ibn Uyainah dan az-Zuhri. Keduanya dari Anas secara marfu’. Dan ia dha’if dari dua sisi. Bahkan Ibn Hibban berkata sesungguhnya ia batil, tidak ada asalnya’. Dan ibn al-Jauzi juga menyebutkannya dalam al-Maudhu’at. Dan nanti akan ada lagi di pembahasan huruf tha’, dinisbahkan kepada Ibn Majah dan selainnya beserta penjelasan hukumnya.”Dalam kitab yang sama 1/440, as-Sakhawi menyatakanحديث طلب العلم فريضة على كل مسلم، ابن ماجه في سننه، وابن عبد البر في العلم له من حديث حفص بن سليمان عن كثير بن شنظير، عن محمد بن سيرين عن أنس به مرفوعا بزيادة وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب، وحفص ضعيف جدا، بل اتهمه بعضهم بالكذب “Hadits menuntut ilmu wajib atas setiap muslim’ disebutkan oleh Ibn Majah di Sunan-nya, Ibn Abdil Barr dalam al-Ilm dari hadits Hafsh ibn Sulaiman, dari Katsir ibn Syinzir, dari Muhammad ibn Sirin, dari Anas secara marfu’, dengan tambahan وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب. Dan Hafsh dha’if jiddan, bahkan dituduh berdusta dan memalsukan hadits.”As-Sakhawi 1/140 menjelaskan cukup panjang tentang hadits ini, bahwa ia juga diriwayatkan dari beberapa jalur lain, namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua riwayat tersebut mengandung cacat, tidak bisa dijadikan hujjah. Hal ini misalnya disampaikan oleh Ibn Abdil Barr dan al-Bazzar sebagaimana dikutip oleh untuk tambahan kata ومسلمة, as-Sakhawi mengatakan bahwa tambahan tersebut tidak pernah disebutkan dalam jalur-jalur periwayatan yang disimpulkan, kata ومسلمة hanya tambahan dalam hadits yang tidak ada asalnya. Sedangkan hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم tanpa tambahan ومسلمة diperselisihkan ulama keshahihannya. []Wallahu a’lam bish shawwab.

carilah ilmu sampai ke liang lahat