6“Guru harus dipandang dengan hormat”. ينبغى ان ينظر معلمه بعين الاحترام. Memandang guru dengan penuh hormat, tulus dan percaya akan ilmunya. Maka jika sudah seperti itu, insya allah ilmu akan mudah diserap. Para penuntut ilmu terdahulu, sebelum mereka memulai belajar, mereka memanjatkan do’a untuk guru mereka.
Berikutini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu. Semoga bisa menjadi pelajaran dan teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah : menempuh perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah (mengingat kembali pelajaran yang sudah didapat), membaca buku-buku
KisahSeorang Penuntut Ilmu. Monday, May 4, 2015. Kisah Seorang Penuntut Ilmu Penulis Muhamad Aqil Maulana Diterbitkan May 04, 2015 Islam Motivasi Pada suatu hari ada seorang pemuda yang pergi ke kota sebelah dengan niatnya untuk menuntut ilmu. Semua persiapan mulai dari bekal, pakaian, dll. Telah dipersiapkan untuk menuntut ilmu di pulau
Seorangpenuntut ilmu tidak butuh untuk menjadi istimewa. Ustadz Abu Salma,Lc – Untaian Hikmah Dari Kisah Nabi Yusuf – Bagian 1. Next article. You may also like. Mendidik Anak Tanggung Jawab Siapa? By admin 13 October 2020 1. Hukum Mengubah Nama. By admin 28 September 2020 0.
Makajika seorang hamba dibimbing kepada adab mencari ilmu, sungguh dia telah menjaga ilmu dengan tali yang kokoh. Buku ini adalah buku panduan adab penuntut ilmu dan pengajar karya Imam Badruddin Ibnu Jama’ah (w. 733 H), seorang ulama madzhab Syafi’i yang sezaman dengan Imam an-Nawawi.
Makasepatutnya para penuntut ilmu menyadarkan hatinya, menghiasi hatinya, dengan semerbak niat dan rasa, bahwa saat ia sedang berjuang menuntut ilmu, saat itulah ia sedang berada dalam ibadah yang sangat agung. Seorang itu mendapatkan jatah ilmu, sebanyak kadar ikhlasnya. Membaca kisah-kisah para salafussholih terdahulu memang
Hariini saya menyaksikan peristiwa patah hatinya seorang penuntut ilmu. Namanya Queenza, ia merupakan salah satu peserta tahfiz Al-Qur'an. Sayang sekali, hari ini Queenza merasakan patah hati, karena dia sudah tidak dapat lagi melanjutkan perjuangannya dalam ajang menghafal Al-qur'an tersebut. Queenza kehilangan fokus.
H7pZkIh. Ilustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/cottonbro studioIlustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/Vlada KarpovichGelap terbentang malam yang sunyi, Namun di hatiku menyala api, Semangat belajar tiada pernah luntur, Ilmu menjadi cahaya yang menjelma jendela dunia, Halaman-halaman penuh khazanah berharga, Menuntut ilmu tak pernah usai, Pengetahuan menjadi bekal guru, penuntun terbaik, Menyuluh jalan menuju kesuksesan, Dengan sabar dan bijaksana, Membimbing kami menjadi insan seorang pembelajar sejati, Bukalah hati dan pikiran luas, Dalam setiap kata dan angka, Terletak harta yang tak buku-buku di sekelilingku, Di sana tersimpan harta berlimpah, Kisah-kisah hebat dan pengetahuan luas, Menyemangati perjalanan setiap halaman terselip rahasia, Ilmu yang mendalam menanti penjelajah, Kemauan yang teguh, semangat yang membara, Kucari ilmu, tak kenal ribuan langkah untuk meraihnya, Dengan upaya dan ketekunan yang tulus, Bukan sekadar gelar atau nilai tertinggi, Namun pengembangan diri dan pemahaman yang lelah melanda dan jiwa terkulai, Kuingat pesan sang guru, gemulai, Ilmu adalah obor yang menuntun langkah, Pengetahuan adalah kunci kebebasan puisi-puisi yang menakjubkan, Dalam irama kata-kata yang menggoda, Di dalamnya tersemat pesan-pesan penting, Menuntut ilmu, jadilah insan yang di antara baris-baris kata, Terjangkau oleh jiwa yang haus akan makna, Pelajarilah dunia, saksikan keajaiban, Menggapai mimpi, tak terhingga ilmu adalah perjalanan abadi, Tak hanya di ruang kelas atau sekolah, Namun di mana pun kita berada, Setiap detik adalah kesempatan untuk setiap hari yang cerah atau mendung, Kita terus bergerak, menjelajah ilmu, Menyadari bahwa pengetahuan tak berhenti, Menggelora dalam diri yang ingin adalah api yang membakar semangat, Mengantarkan kita menuju cakrawala yang luas, Belajarlah, jadilah penuntut ilmu sejati, Hingga terbit mentari kesuksesan yang abadi.
Menuntut ilmu sangat penting bagi kita, itu salah satu cara untuk mengtahui segala sesuatu. Kita sudah menuntut ilmu semenjak waktu kecil yaitu waktu pertama adalah pada orng tua kita dari sememjak ayunan. Pertama ibu mengajari adalah kasih sayang yaitu hubungan keakraban anatara anak dan ibu. Seterus nya mengajari kita cara berjalan dan lain sebagai nya. Di saat kita tumbuh besar kita mlai sekolah memepalajari ilmu-ilmu dunia dan agama dan adapun yang pergi pengajian belajar membaca al-quran , membaca serta mahami nya hingga tubuh besar. Di waktu itu kitapun sudah pengalamanhubungan antara kawan bermain, menjaga sikap, belajar lebih baik dari yang sebelum nya dan mulai mengenang kenangan-kenangan yang menyenagkan ataupun buruk. Di waktu menjelang remaja ataupun waktu SMA mereka mulai memikikan masa depan berkeinginan ingin puny amsa depan yang cerah nanti nya. Dia juga memikirkan pengalaman-pengalaman yang buruk maupun yang baik, jikala yang buruk tidak ingin terjadi seperti hal nya tersebut sepeti hal tersebut dan jika yang baik ingin menjadi yang lebih dari itu . orng yang sudah menjadi pengalaman dapat berinterksi contoh nya kita berada di suatu tempat , jika kita sudah menjalani suatu organnisasi. Organisasi harus memerlukan pengalaman dengan adanya pengalaman kita dapat dengan mudah menjalaninya, tetapi harus ada juga ada arahan dari ustad bukan hanya dalam organisasi tapi juga dalam berdagang dan dalam suatu pekerjaan. Pengalaman dan menuntut ilmu sama-sama mengalami suatu proses . di waktu menuntut ilmu juga menjalankan pengalaman. Jadi kita ketahui menuntut ilmu sangat penting agar dapat tau lebih dari yang sebelumnya . seperti kata mutiara tuntutlah dari ayunan sampai keliang lahat dan di waktu itu sambil menjalani sebuah pengalaman, yaitu memproses suatu pengalaman menjadi yang dari itu tuntutlah ilmu dan raihlah prestasi, juga jadikan pengalaman mu untuk meraih suatu kesuksesan .
Bersabar di Jalan Thalabul IlmiMeninggalkan Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuCatatan kakiBersabar di Jalan Thalabul IlmiDari berbagai artikel yang telah dipublikasikan sebelumnya, kita telah memahami tentang keutamaan dan urgensi menuntut ilmu agama ilmu syar’i. [1] Setelah jelas bagi kita tentang keutamaan dan kenikmatan meraih ilmu syar’i [2] serta pahala yang Allah sediakan bagi para thalibul ilmi penuntut ilmu, penulis sangat berharap bahwa hal ini dapat mendorong pembaca semuanya untuk semakin giat dalam thalabul ilmi menuntut ilmu agama. Hendaklah kita menjadi orang-orang yang bersabar di jalan thalabul ilmi. Jangan sampai mudah merasa jenuh dan bosan, karena inilah salah satu adab dalam thalabul Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqomah dalam belajar, maka sesungguhnya dia akan meraih pahala orang yang bersabar pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain.” [3]Salah satu sebab yang membantu kita untuk menuntut ilmu adalah tidak pernah mengenal rasa letih dan terus-menerus dalam menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Seorang penuntut ilmu seharusnya mengerahkan kesungguhannya demi meraih ilmu dan bersabar di atasnya. Kemudian menjaga ilmu itu setelah mendapatkannya. Karena ilmu itu tidaklah didapat dengan badan yang bersantai-santai saja. Seorang pelajar haruslah menempuh seluruh jalan menuju ilmu. Dan dia akan diberi pahala atas hal itu. Karena adanya hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam Shahih Muslim bahwa beliau bersabda,’Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.’” [4]Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba untuk menempuh jalan menuju mata air ilmu, jangan pernah merasa letih bosan. Bertahanlah!! Bersabarlah!! Karena di sana ada mata air ilmu yang mengalir jernih, yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang mendatangi dan meminumnya. Sungguh kenikmatan yang hakiki. Namun sayangnya, sedikit sekali di antara kita yang Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuMata air ilmu ini tidaklah kita dapati di sembarang tempat. Terkadang kita harus berjalan dari satu tempat ke tempat lain demi berburu ilmu. Meninggalkan kampung halaman menuju suatu negeri yang jauh demi mendapatkan ilmu. Perjalanan inilah yang merupakan salah satu sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih bin Ishaq hafidzahullah berkata,”Di antara sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu adalah mengadakan perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain dengan maksud untuk bertemu dengan para ulama Rabbani, mengambil ilmu langsung dari mereka, duduk dengan meraka dan mengambil faidah dari mereka. Terdapat dalil-dalil dari syariat yang mendorong dan memotivasi kita untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ini.” [5] Ini pula yang telah dicontohkan oleh para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka tidak segan-segan untuk menempuh suatu perjalanan yang jauh demi bertanya tentang عُقْبَةَ بْنِ الحَارِثِ، أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنِّي قَدْ أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ مَا أَعْلَمُ أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ» فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُDari Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu, sesungguhnya beliau menikah dengan anak perempuan dari Abu Ihab bin Aziiz. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya seraya berkata,”Sesungguhnya aku telah menyusui Uqbah dan wanita yang dinikahinya!” Maka Uqbah berkata kepadanya,”Aku tidak tahu kalau Engkau menyusuiku dan Engkau pun tidak memberi tahu aku”. Uqbah kemudian pergi dari Makkah menemui Rasulullah di Madinah. Uqbah bertanya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Bagaimana lagi, sudah dikatakan demikian”. Uqbah pun menceraikan istrinya, dan menikah dengan wanita yang lainnya. [6] Lihatlah semangat Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menanyakan suatu permasalahan bin Qais An-Nakha’i dan Aswad bin Yazid An-Nakha’i rahimahumallah –keduanya penduduk Irak- mendengar hadits dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu di Madinah. Mereka berdua tidak merasa puas sehingga mereka pergi ke Madinah dan mendengar hadits tersebut langsung dari Umar. [7] Para ulama salaf dulu pun rela menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan demi meraih ilmu. Mereka rela berjalan berpuluh-puluh kilometer, dari satu negeri ke negeri yang lainnya demi mencari satu hadits. Kesulitan, penderitaan dan berbagai rintangan yang mereka dapatkan tidaklah mereka rasakan karena adanya kenikmatan ilmu yang berhasil mereka raih. Sungguh indah hidup ini, jika diisi dengan semangat untuk belajar, mencari ilmu dan melakukan berbagai amal ketaatan. Itulah kebahagiaan yang mereka dapatkan, surga mereka di dunia ini. Dan jika kita benar-benar mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepada mereka berupa ilmu dan amal shalih, niscaya kita akan berusaha merebutnya dengan mengerahkan seluruh kemampuan kampung halaman untuk menuntut ilmu merupakan salah satu perhiasan yang harus ada dalam diri seorang penuntut ilmu dalam kehidupan ilmiyyahnya. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang tidak pernah pergi untuk menuntut ilmu, maka dia tidak akan didatangi untuk didatangi diambil ilmunya. Barangsiapa yang tidak pernah pergi dalam masa belajarnya untuk mencari guru serta menimba ilmu dari mereka, maka dia tidak akan didatangi untuk belajar darinya. Karena para ulama dahulu -yang telah melewati masa belajar dan mengajar- mempunyai banyak tulisan, karya ilmiyyah, dan pengalaman yang sulit ditemukan di dalam kitab.” [8][Bersambung]***Selesai disusun di pagi hari, Masjid Nasuha Rotterdam NL, 14 Jumadil Akhir 1436Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,Penulis M. Saifudin HakimCatatan kaki[1] Bisa dibaca kembali beberapa artikel berikut ini Silakan dibaca kembali artikel berikut Kitaabul Ilmi, hal 41.[4] Kitaabul Ilmi, hal 60.[5] Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal 220.[6] HR. Bukhari no. 88.[7] Syarh Alfiyyah, 2/226 karya Al-Hafidz Al-Iraqi rahimahullah. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal. 221.[8] Hilyah Thaalibil Ilmi.
Dari 'Urwah bahwa Aisyah telah mengabarkan kepadanya bahwa dalam shalatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa ALLAHUMMA INNI 'AUUDZUBIKA MIN 'ADZAABIL QABRI WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAL WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMAATI, ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL MA'TSMI WAL MAGHRAMI Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung dari fitnah Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang. Maka seseorang bertanya kepada beliau, Alangkah seringnya anda memohon perlindungan diri dari lilitan hutang. Beliau bersabda Sesungguhnya apabila seseorang sudah sering berhutang, maka dia akan berbicara dan berbohong, dan apabila berjanji, maka dia akan mengingkari.HR. Sunan Abu Dawud No. 746
Diantara rintangan dalam menuntut ilmu agama adalah kurangnya kesabaran serta ingin segera memetik hasilnya. Menuntut ilmu butuh ketekunan yang semangat agar tidak bosan dan bersiap diri menghadapi berbagai Syihab Az Zuhri rahimahullah berkata “Barang siapa yang mempelajari ilmu langsung sekaligus dalam jumlah yang banyak, maka kan pergi darinya ilmu yang banyak, dan ilmu-ilmu hanya dicari selama berhari-hari dan bermalam-malam” Riwayat Abdul Barr dalam Al Jami, I/431.Kisah-kisah indah para imam dan ulama di bawah ini semoga mengukuhkan semangat kaum muslimin untuk semangat menuntut ilmu agama. Kisah yang penuh antusias, pantang menyerah, dan sangat mengharukan yang semuanya berbuah manis. Abdullah bin Dawud berkata “Aku masuk kufah untuk mencari ilmu dan hanya memiliki satu dirham. Aku membelikannya 30 mud ful sejenis kacang lalu memakannya sambil menulis kitab Al Asyaj Abdullah bin Sa’id Al Kindiy setelah aku habis memakannya aku telah menulis 30 ribu hadits yang maqthu atau mursal.” Tadzkiratul Huffazh, II/768.Sungguh menakjubkan perjuangan dan kuatnya kesabaran mereka untuk mencari ilmu syar’i, menulisnya, dan mempelajarinya sehingga mereka menguasainya dengan baik. Semua butuh keikhlasan niat, bekal materi, semangat membara, dan juga fisik perlu ditempa agar tahan menghadapi berbagai rintangan saat mencari bin Masud berkata “Tidaklah turun satu ayat kecuali aku tahu tentang apa ayat itu diturunkan, jika aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu tentang kitab Allah maka aku akan menyiapkan unta dan perbekalanku untuk menjumpainya.” Rihlah li tholabil Hadits, Khatib Al Baghdadi, hlm. 65, Darul Kutub Al Ilmiyah.Senada dengan kisah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu sahabat lain pun sangat bersemangat mengejar ilmu syar’i. Abu Darda radhiyallahu’anhu berkata “Seandainya saya mendapatkan satu ayat dari Al-Qur’an yang tidak saya pahami dan tidak ada seorangpun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad yang jaraknya 5 malam perjalanan dari Mekah, niscaya aku akan menjumpainya.” Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/100Zaman dahulu dengan keterbatasan sarana transportasi, sulitnya medan, dan jauhnya perjalanan bukan penghalang untuk rihlah mencari ilmu syar’i. Terlebih lagi saat ini, dengan segala fasilitas yang kian canggih dan transportasi mudah harusnya kaum muslimin lebih bersemangat mencarinya dan apapun usahakan untuk meluangkan waktu belajar agama. Bisa lewat online atau offline sesuai kemampuan fisik dan waktu yang kita miliki. Kuncinya semua butuh kesabaran pula seorang penuntut ilmu hendaknya sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan gurunya. Karena mereka juga manusia biasa mungkin terkadang salah ataupun sikapnya kurang tepat sehingga hubungan dengannya kurang harmonis. Janganlah kendor semangatnya dan berupaya lebih lapang dada. Allah Ta’ala berfirmanوَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا“Dan bersabarlah engkau Muhammad bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” QS. Al Kahfi 28.Terkadang sikap keras guru itu bertujuan mendidik dan menempa mental murid atau menguji sejauh mana kecintaannya pada ilmu. Imam Syafi’i rahimahullah berkataإِصْبر على مُرِّ الجَفَا مِن مُعلِمٍّ فَإِنَّ رَسُوبَ العلمِ في نَفَرِتِهِ“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”.Semoga dengan uraian di atas Allah Ta’ala memberikan kesadaran kepada para penuntut ilmu atau orang yang mencintai ilmu syar’i untuk selalu tekun bergelut dengan agama. Dengan mengingat-ingat pahala yang besar, atau ilmu itu jalan menuju surga, dan berbagai keutamaan lainnya ketika menuntut ilmu syar’i niscaya semua rintangan akan terasa ringan.***Penulis Isruwanti Ummu NashifaReferensi 1. Majalah As Sunnah, edisi 08/ Tahun XXV/ 1443 H 2. Majalah As Sunnah, edisi 09/ Tahun XXV/ 1443 H
kisah seorang penuntut ilmu